Agenda mengejar waktu bersama dengan orang tua
Masihkah teringat jelas didalam ingatan masa-masa kecilku. Ayahku dinasnya di Nusa tenggara Barat disana ga kaya di pulau Jawa yang banyak banged orang jual makanan macem-macem. Yang murah melimpah ruah adalah ikan Roke dan sayurnya sayur Prongge (kelor). Setiap sabtu buat hiburan mama masak Sarden Kalengan dengan es Degan. Dan makan kita jadi Hap hap hap lahap.
Disana membumbui makanan itu cuma bawang merah putih dan garam. Apa itu masako saat itu belum populer. Tapi yang terasa dilidahku itu menyenangkan saja. Makan ikan Roke sayur Prongge dan sambel Bima (irisan cabe, bawang merah, garam dikasi jeruk nipis). Makan tradisi di bima adalah jongkok lalu setelah selesai tangannya dicuci dengan air minum diatas piring.
sederhana memang tapi masih melekat diingatan
Meski pantai dekat piknik juga ga sering-sering banget kita Mantai sambil bawa ban dalam mobil sebagai pelampung.
Pindah ke Jawa piknik keluarga jadi lebih ada variasinya. Ke air terjun Cuban Rondo, Makanan yg dibuat mama juga lebih variatif. Mama jadi bikin Kue Bolu ngikutin majalah Nova, majalah favoritnya. Meski sehari-hari tinggal di rumah Eyang tiap weekend mama papa selalu berusaha pulang nengok. Naik mobil sedan ford tua yang kita namai si jago mogok Heran mobil itu doyan mogok. Saat Papa lulus sekolah akhirnya untuk yang pertama kali rasanya kita piknik ke Bali (sebelumnya pernah sih merasakan hotel tp krn ada acara kantor). Bawa kompor bawa frozen food dan rice cooker. menginap di hotel pinggiran. Seru koq ke Nusa dua, Kuta disaat masih belum terkesploitasi habis2an kaya sekarang ini.
Papaku sekolahnya lama sekali.. tapi ketika sudah lulus dia bangga banged. mamaku disuruh ke salon untuk make up di acara wisudanya. kita dijahitin pakaian batik baru. dan foto keluarga si hari wisuda papa terus dipajang hingga kini di ruang prakteknya.
Jarang banged papa mengeluarkan kata-kata. Jika ingin menasehati papa akan menyalakan mobil dan mengajak kita jalan-jalan sambil beliau cerita pandangnya, harusnya kita menjalani hidup gimana dan kita terpaksa mendengarkan 😆. Tapi itu masuk banged dan aku selalu kasi tips itu ketika teman-temanku kesulitan menasehati anak pra remajanya.
Mama ibu rumah tangga sejati meski tidak sempurna dan gampang keluar tanduknya tapi dia penghangat penerang dalam gulita. Jasanya tiada tara. Ketika aku sakit mama akan full jagain nemenin, ketika aku mau ujian caturwulan mama yg ngasi latihan soal klo salah atau kesal pahaku biru-biru dibuatnya. Tapi rasa sayangku besar aku maunya belajar tetap sama mama. Meksi mama menawarkan pilihan diajarin tante. Saat EBTANAS beliau biasanya puasa dan ikutan cemas. Masakan mama enak semua tahu kecap, tewel dengan ikan dan sambel teri, kalo repot tempe penyet dan sayur sop. Mama sampai sekarang meski ga baca Nova lagi masih suka experimen masak. Camilan andalannya yg dibangga-banggakan adalah lumpia rebung. Saat aku program bayi tabung mama selalu menyediakan waktunya menemani. Ke penangpun kita berduaan.
Sekarang waktu berlalu begitu cepat anak-anak mama sudah hidup bersama keluarga masing-masing. Mama dan papa juga semakin menua. Tapi di menjelang tuanya mereka menikmati hidup yang menurutku berbeda dengan dulu. Kita bisa Umroh bersama di 2017. Kita bisa liburan ke Korea Bersama 2018. Kita nginep Hotel Bagus di Bogor 2019. Papa dan mama juga sering plesir untuk memenuhi hobi bersepedanya. (terimakasih papa mama aku ga jadi sandwich generation)
Setiap Lebaran wajib mengunjungi mama papa. Karena di setiap momen itu adalah momen tersepi. Setiap orang berkumpul sama keluarganya masing-masing. Teman arisan, Tahsin, geng Sepedaan juga semuanya meliburkan diri sementara. di Bekasi pun sama semua warung tutup kita harus mengisi ransum di hari sebelum orang-orang mudik untuk memasak dirumah. Jalanan jadi lenggang abang tukang sayur dan tukang telor malah menyatakan hari libur lebarannya adalah 1 bulan...
*woo untung banyak kali yaaa jd bisa cover hidup sebulan di kampung. Dagang telor aja apa..
Waktu tersisa di dunia untuk ku, untuk mereka belum tentu masih lama. Semua Allah yang takdirkan. Kini saatny kami anak-anaknya berkejaran dengan waktu mendampingi mereka. Sebisa mungkin membahagiakan mereka saat tenaga mereka dan kita juga masih ada. (yuk bisa makin tua makin sehat)
Membahagiakan mereka sekaligus membangun memori indah anak-anakku akan eyangnya. Membalas budi baik mereka membesarkan kami yang hingga kini kamipun masih menjadi beban pikirannya. Bumbu soto, bumbu rawon masih impor dari Mama. 😆
Komentar
Posting Komentar