Anaknya yang mau Sekolah Orang Tuanya yang harus belajar...

 


    Pembicaraan mengenai sekolahan berawal dari becandaan singkat via Whats up pagi ini dengan kawan mengenai kemungkinan pindah negara karena UU omnibuslaw yang dibikin DPR. Undang-undang yang sama sekali tidak mencerminkan keinginan rakyat.  Kemungkinan pindah negara buat kita yang sebenernya belum Tua-tua banget tapi dibilang Muda juga engga ini menantang daya saing kita... 

Mampukah kita pindah negara? 

Adakah yang mau memperkerjakan kita sesuai dengan background pendidikan kita?

Mo pindah Negara gimana bahasa inggris aja sering keserimpet. Jangan-jangan ujung-ujungnya pindah tapi cuman jadi babu di negara baru.

    Menurut aku pribadi di jaman yang competitif gilak seperti saat ini. Dimana persaingan mulai tampak nyata. Untuk hidup dengan baik dan cukup setiap orang harus punya bekal lebih karena yang standard sudah pasti banyak saingan. 

    Beban banget jadi anaknya... Ya memang tapi yang lebih beban jadi orang Tuanya. Karena memikirkan bagaimana anak kita bisa beradaptasi tanpa merasa terlalu dipaksakan. Belum lagi kondisi paceklik dimana pandemi sedang berlangsung dan PHK dimana-mana. Urusan ikut-ikutan montesory class dll ke anak itu jadi pilihan terakhir. Pilihan pertama kami adalah bagaimana anak kita tetap sama berkembang seperti kawannya yang kebeneran orang tuanya mampu daftarin macem-macem. Ya mau ngga mau lagi-lagi jawabannya Orang Tuanya yang harus mengambil peran. Hal ini sudah sejalan sih dengan ilmu parenting yang digembar-gemborkan saat ini. Saat kuhamil kusudah sibuk dengan ikut seminar parenting dengan Ayah Ihsan, ikut Institut Ibu Profesional dan webinar yang terkait.

    Masalah Sekolah lebih ruwet lagi rumus dan biayanya. Dahulu kala di jaman saya sekolah yg baik itu sudah pasti Negeri klo sekarang sekolah yang baik justru Swasta. Yang Fasilitas sekolahnya mumpuni dan secara kehidupan bersosial juga lebih mengerucut lagi. Karena networkingnya akan berbeda dengan sekolah biasa. 

    Permasalahan Networking ini saya alami sendiri. Kebtulan saya bisa lulus dari SMU yang baik kredibilitasnya (ini Hoki banget karena saya anak Pindahan sebenernya), yang ternyata berpengaruh hingga belasan tahun mungkin puluhan tahun kemudian. Ketika saya ada pertanyaan ada saja kawan memberikan jawaban. Dengan Jawaban yang bukan sembarang, ketika nanya soal Kesehatan yang jawab seorang kawan yang sudah jadi dokter, nanya soal Obat dan Vitamin yang menjawab seorang Apoteker, bahkan nanya-nanya soal taneman aja ada yang menjawab Sarjana Pertanian. Segini canggihnya sebuah Networking yang tumbuh dari bukan sekedar SMU biasa.

    Segala hal ini melatarbelakangi pemikiran aku buat bikin Master Plan untuk perkembangan Aliansyah. Meskipun dengan serba terbatas baik sarana maupun prasarananya dibuat ala-ala rumahan. Tapi minimal ngga ketinggalan.  Yang paling penting lagi semoga akunya mampu bebikinan dan nyediain waktunya. Juga yang ngga boleh ketinggalan memilihkan lingkungan yang tepat hingga dia bisa Mandiri dan bisa mefilter yang baik dan yang tidak baik.

Jadi Orang Tua itu memang tidak mudah ya... 



Komentar

Postingan Populer