CERPEN - NODA MERAH YANG KUTUNGGU

Jadi nih yaa payudara aku sekarang tuh tumbuh gede dan aku merasa lapar terus. Kalau kamu gimana yan?” Cemi bertanya pada Piyan temanku anak bos nelayan.

“Iya nih payudaraku membesar sekarang, aku ga bisa pake kaos dalam saja. Aku lagi minta ibu dibelikan miniset ke kota. Bagus-bagus lho motif dan modelnya....” Piyan menjawab.

Cemi tiba-tiba melirik tajam kearahku “Elena kamu gimanaa? sudah ada perubahan?”

“Ehm.. ehm, belum”  Ujarku

“wah kenapa yaa? kamu kerempeng sih yaaa, kurang makan jugaaa” Cemi menimpali. Dia mulai memandangku dengan pandangan tajamnya sambil bilang “Kita disini sudah semua, masak sih kamu belum kamu ngga kenapa-kenapa kan?”

Aku diam saja. Kucoba mengalihkan pembicaraan karena kata-kata dari Cemi membuatku merasa tidak nyaman. “Emang merk apa miniset yang bagus?” ujarku dan mereka berseloroh menyebutkan merk-merk yang asing ditelingaku. Sorex, Hings, Spandex, Pierre Cardin dan yang penting ada kode SNI lalu tak luput membahas berbagai model dan warna miniset.

Huft... Aku diam lagi tak menyahuti. Dalam diamku, aku khawatir. Tanda-tanda tak kunjung ada dan dada ini masih saja rata.

Namaku Elena. Umurku 12 tahun. Kulitku sawo matang dengan rambut hitam legam dan berponi untuk menutupi dahiku yang lebar ini. Sementara kawanku Cemi dia anak Bu Guru disekolah ini, sering jadi pemimpin dadakan, baik itu paskibra atau memimpin topik rumpi harian. Kami tinggal disebuah desa Sape di Nusa Tenggara Barat. Sape berada dekat dengan pantai. Karenanya rata-rata pekerjaan orang disini adalah Nelayan. Saat ini Caturwulan 3 di SD SAPE. Ujian sudah berlalu. Kita masih aktif ke sekolah namun hanya untuk mengurus dan menunggu nilai EBTANAS. Jarang ada kegiatan tertentu yang dilakukan.

Pulang dari sekolah sehabis meletakkan perlatan ransel kuhampiri ibu yang sedang sibuk menyiapkan makanan mewah. Makanan mewah kami hari ini Sarden. Iya sarden mewah soalnya mahal lebih mahal daripada beli ikan segar di pasar. Ikan segar se mangkok sabun wing cuman 500 rupiah tapi durinya banyak.

"Ibuuuuuu..." ku memanggilnya sembari memeluk tubuh kurus ibu dari belakang.

“hei nak gmn sudah ada kabar nilai belum” kudiam saja lalu ibu menyerocos “Nak, itu Arina tetangga depan sudah datang bulan. Mensnya buanyaak sampai ganti pembalut beberapa kali. Kamu belum ada tanda-tanda yaa?”

“Belum...., Emang kenapa sih bu?”  jawabku sambil menunduk

“Tidak ibu hanya bertanya saja nak...” Jawab ibuku

Arina adalah tetangga depan rumah beda sekolah denganku dia gadis cantik berhidung mancung sekolah di swasta yang tentunyaa lebih baik daripada sekolahan tempatku yang seada-adanya. Tanpa sengaja Ibu sering sekali cerita soal Arina karena Ibu Arina adalah salah satu sahabatnya di desa ini. Semakin banyak ceritanya semakin sakit hatiku. karena kumerasa ibu membandingkanku dengannya.

Sore ini aku lumayan sebal dengan pertanyaan mengenai datang bulan....aku takut aku aneh, aku takut juga aku berpenyakit. Dan lebih kesal lagi mendengar Arina sudah Datang Bulan. Kumerasa tersaingi.

Sehabis mandi kupandangi tubuhku...rata. ngga ada tanda-tanda payudara ini bertumbuh. 

Hari demi hari bahasan mengenai hasil ujian menutupi kegundahanku soal Datang Bulan. setiap hari kumasih gundah menanti noda merah itu.

Hari Senin sama seperti sekolah lainya, sekolah kami melaksanakan Upacara. Di momen ini aku selalu memilih berdiri paling belakang. Baju atasan kami yang berwarna putih menerawang ketika ditimpa cahaya matahari. Kumelihat punggung-punggung teman-teman sebayaku, bentuk kaos dalam dan miniset yang mereka pakai. Ada yang lurus ada yang silang. Sungguh menarik perhatian. Mau minta ke ibu miniset yang sama dipake buat apa...

Akhirnya hasil nilai EBTANAS kami keluar. Asyik nilainya lumayan menurutku daripada kawan-kawanku. Ku pulang dengan riang. Ini berarti tiba saatnya aku meninggalkan bangku SD, Meskipun datang bulan tak juga muncul aku tetap bahagia, karena Nilaiku cukup baik akhirnya aku bisa memilih SMP Favorit. Ditambah lagi ada kabar jika Nilai Arina tak sebaik nilaiku, dia harus terima daftar di sekolah favorit kedua. Ku bahagia dan sedikit terselip rasa bangga, meskipun orang tuaku tak kunjung memujiku juga. Kucukupkan saja berpuas diri sendiri. Merasa tersaingi oleh Arina ada gunanya juga kujadi belajar supaya lebih daripada dia. Tapi yang kusadari adalah kutak pernah benar-benar bisa berkawan dengan Arina seperti orang tua kami. Karena dalam hati ku selalu merasa harus lebih baik. 

Yang lebih asyik lagi dari SMP ini adalah aku bebas dari Cemi dan kawan-kawannya. Benar-benar dapat teman baru semua. Apakah ku terlupa dari soal Datang Bulan... ternyata tidak. Di sekolah guru Biologi dan Guruku Agama menjelaskan prakara Datang Bulan. Dalam biologi Menstruasi atau Datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Beruhubungan dengan dalam Agama Islam dimana saat datang bulan adalah merupakan tanda Balighnya wanita. Yaitu telah sampainya wanita ke tahap dewasa. Dimana dimasa tersebut sudah timbul kewajiban dan larangan buat wanita.

Hatiku Semakin Gundah Karena Hormon Esterogen belum muncul tandanyaaa...

“Bu.. Ibu... aku belum juga kunjung datang bulan, apa aku takut aku punya sakit” kubicara pada Ibu.

Ibu berbicara dengan santai “tenang sayang akan datang masanya kamu, ini bukan perlombaan koq...”

Ibu menimpali lagi “Nanti juga klo sudah datang bulan jerawatmu akan muncul malah kamu bingung sendiri, Ibu Dulu datang bulan saat berusia 14 tahun”

Aku terkejut...“Hah.. kirain.. bukannya Ibu membandingkanku dengan Arina? Tetangga depan rumah”

Ibu menyahut “hahaha tidak nak Ibu cuma takut kamu tidak cerita kalo kamu datang Bulan”

“Arrgh Ibu...., aku kan jadi kesal sama Arina...” sahutku

“Yang perlu kamu tahu nak... jika sudah datang bulan berarti kamu wanita yang sudah dewasa dan bisa menilai mana baik dan mana buruk. Kamu sudah bisa hamil. Pesan Ibu Jaga diri jangan sembarangan berkawan apalagi dengan lelaki bukan muhrim. Janganlah Lupa tutup auratmu. Pakailah jilbabmu...” Ibu menambahi.

Selepas berbicara dengan Ibu kumulai tenang. Beberapa hari setelahnya aku disibukkan dengan pe er sekolah dan sejenak lupa dengan persoalan datang bulan.

Sampai beberapa waktu berlalu “Elenaaaaa kamu datang bulan deeeeeh! Itu celana panjang putih kamu ada noda meraaaaah” Ibu menunjuk ke celana yang kupakai.

“Masak mana mana” kumelongok kebelakang berusaha menarik kain celana panjangku terlihat noda samar berwarna merah.

“Akhirnya aku datang bulan jugaaa” Kutersenyum dan ibu melihatku tertawa geli.”Sekarang sudah tenang kaaaan”. Dia menggodaku....

“Sana beli pembalut di warung” ibu memberikan duit duaribu ketanganku.

Dengan bangga aku datang kewarung

“Bu.... beli pembalut” kataku

"Merk apa neng?" jawab pemilik warung

“Apa aja bu, yang penting cukup duit segini” ” ujarku sambil menunjukkan uang yang kupegang.

Kupulang bawa pembalut dan diajari ibu memakainya. Ahrg... akhirnya kamu datang juga datang bulan sambil kumeraba payudaraku yang mengeras sakit. Yes ternyata selama ini sakit di dadaku ini karena payudaraku juga bertumbuh.

 

"Assaaalamualaikuuuuum"

 Tiba-tiba Suara dari depan pintu membuyarkanku dari lamunan. Alya anak perempuanku masuk dan langsung mencium tanganku.

“Ibu... Alya dataaang” Alya masuk dulu yaaaaa

“Cuci kaki, tangan dan ganti baju Yaaak, kamu Aseeeeem” kataku. Ah Alya usianya baru 9 tahun. Tapi Membuatku teringat masa-masa puberku dulu. Ku berusaha menjadi Ibu yang lebih baik supaya Alya tak mengalami kepanikan sepertiku dulu.

Komentar

Postingan Populer